Tanri Abeng, Menteri Zaman Soeharto Meninggal Dunia

Tanri Abeng, mantan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN era Presiden Soeharto meninggal dunia, Minggu (23/6/2024).(liputan6)
Tanri Abeng, mantan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN era Presiden Soeharto meninggal dunia, Minggu (23/6/2024).(liputan6)

TajukRakyat.com,- Tanri Abeng, mantan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN era Presiden Soeharto meninggal dunia, Minggu (23/6/2024).

Menurut informasi, Tanri Abeng mengembuskan napas terakhirnya sekira pukul 02.36 WIB.

Rencananya, proses pemakaman akan dilaksanakan setelah salat zuhur.

“Beliau semasa hidup adalah sahabat saya sama-sama di kabinet dulu. Beliau menteri BUMN, dan saya lihat pandangannya ke depan itu sangat bagus karena memang seorang futuristik yang brilian,” kata mantan Kepala BIN Hendropriyono, dikutip TajukRakyat.com dari Antara.

Sementara itu, Wakil Ketua MPR RI Fadel Muhammad Al-Haddar mengatakan Tanri Abeng merupakan sosok yang mementingkan pendidikan, serta berkeinginan tinggi untuk mengembangkan ekosistem perusahaan milik negara agar lebih baik.

“Pendidikan itu merupakan dasar daripada segala-galanya. Maka beliau bikin pendidikan, dorong pendidikan, di mana-mana beliau terlibat. Saya selalu perhatikan, beliau menyuruh kita untuk menyiapkan sumber daya manusia,” katanya.

Selain itu, sudah ada puluhan karangan bunga yang tersusun di depan rumah duka Tanri Abeng , di antaranya yakni dari Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Anggota DPR RI Sumarjaya Linggih, serta Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati.

Sosok Tanri Abeng

Dikutip TajukRakyat.com dari Kompas.com, Tanri Abeng, lahir di Selayar, Sulawesi Selatan, pada 7 Maret 1942, adalah seorang pengusaha Indonesia dan mantan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN pada Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi Pembangunan.

Dilansir dari laman Perpusnas RI, ia pernah terpilih sebagai peserta program pertukaran pelajar American Field Service.

Setelah kembali ke Indonesia, Tanri melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.

Semasa kuliah, Tanri bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan eksportir dan mengajar bahasa Inggris di sebuah sekolah menengas atas (SMA).

Baca Juga:   Kabar Duka, Mantan Kepala BNPB Doni Munardo Meninggal Dunia

Dia kemudian menerima beasiswa untuk mengambil Master of Business Administration dari State University, New York, Amerika Serikat, dan menempuh pendidikan selama 1967-1968.

Usai lulus pada usia 27 tahun, Tanri bergabung dengan perusahaan multinasional Union Carbide Corporation.

Harian Kompas pada 13 Mei 1984 memberitakan, Tanri Abeng tidak hanya mengawali karier di luar negeri, tetapi juga menduduki jabatan direktur keuangan di usia 29 tahun.

Jabatan direktur di perusahaan multinasional asing bagi orang Indonesia kala itu merupakan hal yang hampir mustahil hingga hampir menggemparkan dunia manajer.

Setelah kurun waktu 1978-1979 memperoleh kedudukan sebagai manajer pemasaran di Singapura dan anggota Dewan Direksi PT Union Carbide Indoensia, Tanri tinggal selangkah lagi mencapai pucuk pimpinan.

Namun, kariernya terlalu cepat maju, sedangkan jabatan yang menjadi impiannya belum juga kosong. Dia pun memutuskan untuk keluar dan kembali ke perusahaan di Tanah Air.

Dijuluki Manajer Rp 1 Miliar

Setelah mengundurkan diri dari Union Carbide, Tanri memilih bergabung dengan PT Perusahaan Bir Indonesia (PBI).

Pada 1979, ia resmi pindah menjadi Chief Executive Officer (CEO) di Multi Bintang.

Sejalan dengan perkembangan perusahaan, namanya berganti dari PBI menjadi PT Multi Bintang Indonesia (MBI).

Pada 1991, Tanri Abeng mendapat tantangan baru untuk menjadi CEO di Bakrie Brothers.

Di sana, dia mencoba melakukan restrukturisasi, profitisasi, hingga akhirnya bisa menjadi perusahaan publik.

Dalam setahun, Tanri telah berhasil meningkatkan keuntungan kelompok usaha Bakrie hingga 30 persen.

Tanri Abeng bahkan sempat mendapat julukan “Manajer Rp 1 Miliar”, entah sebagai bayaran keberhasilan memimpin perusahaan besar milik Aburizal Bakrie tersebut atau nilai transfer dari perusahaan sebelumnya.

Baca Juga:   Innalillahi, Jemaah Calon Haji Asal Kabupaten Langkat Meninggal Dunia di Embarkasi Medan

Tanri saat itu hanya mengatakan, gajinya dibayar cukup tinggi oleh kelompok Bakrie, layaknya seorang eksekutif termahal.

Selain menjadi CEO, dia juga memegang banyak posisi senior non-eksekutif di banyak organisasi kepemerintahan dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Beberapa di antaranya, Komisi Pendidikan Nasional, Badan Promosi Pariwisata, Dana Mitra Lingkungan, Asosiasi Indonesia Imggris, Institut Asia-Australia, dan Yayasan Mitra Mandiri.

Ditunjuk Jadi Menteri BUMN

Tidak hanya di dunia usaha, kemampuan Tanri Abeng dalam mengelola perusahaan membuatnya dinilai sebagai orang paling kompeten untuk melakukan pendayagunaan atau restrukturisasi dan privatisasi BUMN.

Dia diangkat menjabat Menteri Negara Pendayagunaan BUMN pada Kabinet Pembangunan VII, kabinet terakhir pemerintahan Soeharto di tahun 1998.

Hingga masa pemerintahan BJ Habibie, sosoknya tetap dipercaya untuk menduduki jabatan yang sama dalam Kabinet Reformasi, kurun waktu 25 Mei sampai 13 Oktober 1999.

Setelah tidak lagi menjabat menteri, Tanri lebih banyak memanfaatkan waktu untuk mengembangkan pemikiran dan pendidikan manajemen.

Karir cemerlang di perusahaan swasta dan pemerintahan sempat membuatnya merasa memiliki utang besar terhadap negeri ini.

Mimpinya, dia ingin anak-anak Indonesia mempunyai pendidikan yang memadai untuk menghadapi tingkat persaingan yang tinggi di masa depan nanti.

Tanri Abeng pun menuangkan ilmunya dalam sebuah buku, salah satunya Dari Meja Tanri Abeng: Managing atau Chaos, yang diterbitkan Pustaka Sinar Harapan pada 2000.

Bangun universitas dari hasil jual hotel

Dilansir dari Kompas.com (22/1/2014), dia membangun Tanri Abeng University (TAU) di daerah Srengseng, Jakarta Barat pada 2011.

Tanri ingat, pendanaan untuk membangun kampus ini diperoleh dari hasil menjual Hotel Aryaduta miliknya dari hasil bermitra dengan James Riady (bos Lippo Group) pada 1995 di Makassar.

Baca Juga:   Cara Mengaktifkan Fitur Background Blur di Zoom Meeting

Selain dari penjualan hotel, sumber dana lainnya berasal dari hasil tabungan pribadi Tanri selama 40 tahun bekerja sebagai eksekutif di luar negeri.

“Kira-kira lima tahun lalu hotel ini jual. Dari hasil penjualan hotel ini awalnya saya ingin membangun hotel lagi, namun kemudian hasrat dan keinginan saya ternyata ingin mendirikan universitas,” ungkap Tanri saat itu.

“Maka saya putuskan mengalihkan dana untuk membangun universitas dan saya tambahkan hasil tabungan pribadi saya. Dengan modal ini saja ternyata saya masih punya hutang,” lanjutnya.

Tanri berujar, membangun hotel dan universitas memiliki skema pembiayaan berbeda. jika membangun hotel, 30 persen modal berasal dari uang pribadi, sedangkan sisanya bisa berhutang.

Namun, untuk membangun sebuah universitas, skema ini terbalik menjadi 70 persen dari total biaya berasal dari yang pribadi.

Setahun kemudian, pada Mei 2015, Menteri BUMN saat itu, Rini Soemarno menunjuk Tanri Abeng sebagai Komisaris Utama PT Pertamina (Persero).

Diberitakan Kompas.com (6/5/2015), menurut Rini, Tanri Abeng adalah manajer yang andal karena sudah memegang banyak posisi di  banyak perusahaan.

Kala itu, Rini yakin, pengalaman mengantarkan Tanri Abeng sebagai orang yang tepat untuk menempati posisi Komisaris Utama Pertamina.

Terlebih, sebelumnya, Tanri Abeng sempat menduduki posisi Komisaris Utama di perusahaan pelat merah lainnya, PT Telkom Indonesia.

Adapun semasa hidupnya, Tanri Abeng kerap berbagi kearifan dan kebajikan dengan tekad untuk tetap berbakti bagi bangsa Indonesia.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *