2 Kepala Sekolah Jadi Tersangka Dugaan Kecurangan PPPK Langkat, LBH Medan Sebut Bukan Pelaku Utama

Peserta PPPK di Kabupaten Langkat yang merasa dicurangi saat melakukan aksi di depan gerbang Polda Sumut beberapa waktu lalu. Mereka mendesak agar polisi menetapkan tersangka atas dugaan kecurangan seleksi PPPK di Kabupaten Langkat.
Peserta PPPK di Kabupaten Langkat yang merasa dicurangi saat melakukan aksi di depan gerbang Polda Sumut beberapa waktu lalu. Mereka mendesak agar polisi menetapkan tersangka atas dugaan kecurangan seleksi PPPK di Kabupaten Langkat.

TajukRakyat.com,Medan– Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, Irvan Saputra mengatakan bahwa tersangka dugaan kecurangan seleksi PPPK Kabupaten Langkat adalah dua orang kepala sekolah.

Mereka adalah Awaluddin, Kepala SDN 055975 Pancur Ido, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat dan Rohayu Ningsih, Kepala SDN 056017 Tebing Tanjung Selamat.

Namun, keduanya bukan pelaku utama.

Irvan menduga, bahwa masih ada pelaku lain yang patut diduga menjadi dalang dalam dugaan kecurangan seleksi PPPK Kabupaten Langkat ini.

“Kami mengetahui penetapan tersangka itu berdasarkan SP2HP yang telah diambil dan diterima LBH Medan. Namun, kami menduga kedua tersangka ini bukanlah pelaku utamanya,” kata Irvan, dalam siaran persnya, Kamis (28/3/2024).

Irvan mengatakan, sangat tidak mungkin selevel kepala sekolah bisa mengambil keputusan melebihi kepala dinas.

Baca Juga:   Komplotan Maling Besi Rel Kereta Api Diciduk saat Isi Bensin

“Pertama, apakah bisa kepala sekolah memberikan jaminan kelulusan pada guru honorer? Sementara masih ada atasannya yang lebih tinggi dari kepala sekolah ini,” terang Irvan.

Kemudian, lanjut Irvan, dari temuan bukti percakapan suara Rohayu Ningsih, disebutkan bahwa uang setoran yang ia terima itu diserahkan lagi kepada orang lain yang diduga jabatannya lebih tinggi dari tersangka.

(Rekaman) percakapan tersebut menggambarkan adanya orang lain yang lebih tinggi jabatannya dan dihormati oleh kepala sekolah tersebut yang menerima uang dugaan suap kasus PPPK Langkat. Artinya ada dugaan keterlibatan orang lain (yang menerima uang setoran itu),” kata Irvan.

Ia mengatakan, selama ini kedua kepala sekolah tersebut berada di bawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Langkat.

Baca Juga:   Gawat, Komplotan Becak Hantu Kembali Beraksi di Medan Kota, Gasak Motor Warga

Namun anehnya, dalam hal penilaian SKTT, yang menerbitkan nilai justru BKD Kabupaten Langkat.

“LBH Medan menduga Polda Sumut belum memeriksa Plt Bupati. Padahal, saat pengumuman Plt Bupati lah yang menyatakan para korban tidak lulus,” ungkap Irvan.

Ia menjelaskan, dalam kasus ini dugaan oknum pejabat yang terlibat.

Terbukti dari proses pemeriksaan yang dilakukan Polda Sumut, dimana saat itu penyidik sudah memeriksa Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Langkat, Saiful dan Abdi dan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Langkat bernama Eka Syahputra Depari.

“Berdasarkan semua hal tersebut, LBH Medan menduga kuat jika dua tersangka ini bukan pelaku utama. Keduanya diduga hendak dijadikan ‘tumbal’ oleh aktor intelektualnya,” tegas Irvan.

Baca Juga:   LBH Medan dan KontraS Kecam Pernyataan Bobby Soal Tembak Mati Penjahat

Sehingga, kata Irvan, Polda Sumut harus mendalami dugaan keterlibatan pihak lain dalam perkara ini.

Kemudian, untuk menghindari para pelaku melarikan diri dan mengilangkan barang bukti, maka penyidik harus segera menahan kedua tersangka.

“LBH Medan juga meminta Kapolri, Komponas dan Komnasham untuk mengawal kasus ini, agar tidak ada penyimpangan dalam penyelesaiannya. Serta meminta Bupati atau MenpanRB untuk membatalkan pengumuman hasil seleksi akhir PPPK Langkat,” kata Irvan.(ibr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *