TajukRakyat.com- John Monkey moniker dari solois asal Medan, Hengky Fauzan baru saja melepas maxi-singel bertajuk “Fear and Loathing”. Berisi dua lagu, ” Fear and Loathing” dan “A Song For Suzy” maxi-singel ini seakan memberi sinyal bahwa John Monkey masih ada dan terus bereksplorasi.
Berbeda dengan mini album perdananya selftitled-nya yang rilis pada 2021 lalu, di maxi-singel ini, John Monkey menyuguhkan musik yang “chill” dan tidak terlalu banyak bereksplorasi di sound. Ini mungkin fase pendewasaan John Monkey dalam berkarya.
Maxi-singel terbaru John Monkey sudah bisa kalian dengar di berbagai kanal musik digital langganan kalian.
Sepeeti diketahui, bermusik sejak duduk di bangku SMP, bungsu dari 4 bersaudara mengaku menerima asupan musik dari abangnya yang ketiga. Dari sang abang, Hengky mulai kenal dengan genre musik seperti post-punk dan emo.
Tak hanya musik, Hengky juga mulai menulis apa saja setelah keranjingan membaca buku dan novel. Novel karangan Albert Camus berjudul The Stranger menjadi bacaan favorit dan turut menginspirasi dalam terciptanya lagu Radio Traumatis yang terdapat di mini album John Monkey.
Tak sebatas ngulik dan cari-cari refrensi saja. Untuk mengasah kemampuannya dalam bermusik, Hengky juga sempat tergabung di band Pengantar Koran sebagai gitaris. Band bentukan sang vokalis, Damara Albany mengusung genre pop-punk dan menelurkan 1 lagu berjudul Last Nigth yang dirilis pada 2020.
Tak puas dengan Pengantar Koran, Hengky terus menyelam ke ranah noise, shoegaze dan ekperimental. Situasi pandemi yang memaksa semua orang untuk berada di rumah juga dimanfaatkan pengidola John Lennon ini untuk belajar dan bereksperimen dengan hal-hal baru.
Hasilnya, selama berkutat di rumah Hengky menelurkan dua mini album eksperimental yaitu Nishkarsh dan The Lips Trip. Meskipun kedua mini album ini menurutnya belum mendapat atensi dari penikmat musik, tapi dia cukup puas melewati proses belajar tersebut.
Baru pada awal Maret 2021 Hengky kembali dengan projek solonya yang diberi judul John Monkey. Mini album berisi 6 karya ini, dibuka dan ditutup dengan karya instrumental eksperimen berjudul, “The Beginning is The End” dan diakhiri dengan “The End is The Beginning”. (SM)