TajukRakyat.com- Teror geng motor yang terjadi beberapa hari belakangan di Medan cukup meresahkan. Kelompok geng motor yang umumnya masih berusia belasan tahun ini semakin mengganas merusak fasilitas bahkan tak jarang melakukan perbuatan yang mengarah ke tindak pidana.
Kebrutalan geng motor yang biasanya beraksi pada malam hari ini, membuat Kota Medan semakin horor. Masyarakat ketar-ketir setiap kali keluar malam.Takut menjadi sasaran kelompok geng motor. Meski Polrestabes telah membentuk Tim Tawon untuk menumpas aksi geng motor, namun anak-anak usia belasan tahun ini seperti tak ciut nyali.
Mereka tetap nekat beraksi meneror warga dan siapa saja yang berani melawan kelompok mereka. Teranyar, kelompok geng motor beraksi membabibuta dengan merusak steling warga di sekitar Jalan Srigunting persis di belakang PDAM Tirtanadi, Sunggal pada, Rabu (1/1) malam. Untungnya polisi cepat merespon dan menangkap 2 orang diduga anggota kelompok geng motor.
Sebelum itu, pada 29 Januari 2023, tiga remaja diduga kelompok geng motor mengeroyok korban hingga kritis dengan 7 luka tusukan. Motifnya, para pelaku mengira kalau korban merupakan kelompok yang pernah terlibat tawuran dengan kelompok mereka. Dua dari tiga pelaku juga berhasil dibekuk Polrestabes Medan.
Pada Minggu 22 Januari 2023, Tim Polrestabes Medan mengamankan 79 remaja diduga geng motor dari Jalan Karya Ujung, Desa Helvetia, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deliserdang. Hasil pemeriksaan terhadap ke 79 remaja yang diamankan ini, 23 diantaranya pengguna narkotika dan 1 orang pelaku tindak pidana cabul terhadap anak di bawah umur.
Menanggapi masalah ini, Pengamat Sosial Universitas Negeri Medan (Unimed), Dr Bakhrul Khair Amal, MS.i mengatakan, negara harus hadir dalam menyelesaikan permasalahan geng motor dari hulu ke hilir. Dengan melibatkan semua pihak termasuk keluarga, sekolah, pemerintah daerah setempat dan aparat penegak hukum.
Aksi geng motor merupakan kenakalan remaja yang bisa saja mengarah ke tindak pidana. Namun, yang perlu digaris bawahi, aksi kenakalan remaja ini tidak sama dengan aksi kejahatan. Bisa jadi, kenakalan remaja yang diaktualisasikan ke dalam kelompok geng motor tidak dipahami mereka kalau dampak yang diakibatkan bisa mengarah ke tindak pidana.
Anak-anak remaja ini harus diedukasi dan dialihkan dengan berbagai kegiatan positif. Kalau biasanya mereka sering berkumpul di malam hari, mengantisipasinya sibukkan anak-anak remaja ini dengan berbagai kegiatan mulai dari siang sampai petang. Seperti misalnya berolahraga, bermusik, atau mengikuti kegiatan keagamaan. “Lelah dengan berbagai kegiatan positif dari mulai pagi hingga petang, diharapkan bisa mengurangi intensitas mereka untuk berkumpul di malam hari”,jelasnya.
Polisi, sambung Dr Bakhrul, jangan lagi seperti pemadam kebakaran dalam menangani geng motor. Kenakalan remaja yang berulang ini (bukan kali ini terjadi) harusnya dapat dicegah dan dideteksi sejak dini. Jangan lagi bergerak setelah ada kejadian, tapi berusaha mencegah agar aksi geng motor ini tidak terjadi. (SM)