Anak Geng Motor Cenderung Conduct Disorder

Psikolog Dra Irna Minauli, MSi

TajukRakyat.com- Anak-anak yang terlibat dalam kegiatan berisiko seperti geng motor umumnya memiliki masalah dalam perilakunya (conduct disorder). Mereka sering memperlihatkan pemberontakan terhadap nilai-nilai sosial serta pembangkangan terhadap figur otoritas seperti orang tua, guru dan bahkan polisi.

Hal itu disampaikan Psikolog, Dra Irna Minauli, MSi pada wartawan, Kamis (2/2). “Mereka seringkali membutuhkan stimulasi lebih sehingga cenderung mencari kegiatan yang berisiko seperti ngebut dan membegal,” katanya.

Dengan perilaku tersebut, lanjut Irna, mereka akan memiliki masalah dengan orang tua, guru dan masyarakat. Mereka mungkin sering berbohong dan bolos sekolah, merokok dan bahkan terlibat narkoba. “Pemahaman sosial mereka sangat rendah. Mereka kurang memperlihatkan empati sehingga dalam melakukan tindakan seolah tanpa belas kasihan,” jelas Direktur Minauli Consulting ini.

Baca Juga:   Tragis, Petani Wanita di Nias Selatan Dibunuh, Kepala Dipenggal

Jika dilihat dari penyebab masalah kenakalan remaja ini, kata Irna, dapat ditinjau dari faktor internal maupun eksternal dari remaja itu sendiri. Faktor internal seperti bawaan dari anak dengan kecenderungan conduct disorder. Faktor eksternal seperti keluarga yang tidak berfungsi dengan baik (dysfunctional family) sehingga tidak memiliki figur ayah yang berperan sebagai pembentuk disiplin.

Selain itu, paparan kekerasan yang remaja lihat dalam keluarga atau lingkungan juga berpengaruh terhadap masalah kenakalan remaja. Hubungan pertemanan yang tidak sehat yang lebih menekankan pemberian penghargaan pada perilaku yang melanggar aturan.

Baca Juga:   Polda Sumut Beber Identitas Oknum Polisi yang Todongkan Pistol ke Pengendara di Tol Binjai

Dengan kurangnya pemahaman sosial dan empati dari anak-anak maka perlu pendekatan edukasi dan spiritual, misalnya dengan kegiatan bakti sosial. “Kurangnya disiplin dan pengetahuan tentang aturan dan hukum juga bisa mulai dilakukan pendekatan dengan kegiatan kesamaptaan akan sangat membantu. Energi berlebih yang mereka miliki dapat disalurkan secara lebih sehat,” sebutnya.

Tindakan pencegahan lain yang dapat dilakukan orang tua dan guru adalah dengan membentuk komunikasi yang baik. Anak perlu merasa berharga dengan prestasi atau kelebihan yang mereka miliki. (SM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *