Gelombang Wisatawan Bikin Jepang Krisis Beras, Kok Bisa?

Ilustrasi beras
Ilustrasi beras

TajukRakyat.com,- Surat kabar Jepang, Nikkei melaporkan bahwa negeri matahari terbit itu tengah mengalami krisis beras.

Hal ini dampak dari meningkatnya gelombang wisatawan, dan juga konsumsi domestik.

Padahal, sejak tahun 2014, permintaan beras di negara tersebut sempat menurun hingga 100.000 ton pertahun.

Namun, sejak awal 2024, terjadi lonjakan permintaan beras.

Nikkei melaporkan, kenaikan permintaan beras ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk rekor jumlah turis dan meningkatnya permintaan domestik di tengah kenaikan harga bahan makanan lainnya.

Hal itu didukung melonggarnya pembatasan Covid-19 dan nilai tukar yen yang melemah, sehingga membuat Jepang menjadi tujuan yang lebih menarik.

Negara ini mencapai titik tertinggi baru yaitu 21 juta wisatawan antara Januari dan Juli 2024.

Baca Juga:   Shell Bakal Tutup Semua SPBU di Kota Medan

Kementerian Pertanian memperkirakan bahwa para turis menyumbang permintaan sekitar 51.000 ton konsumsi beras selama periode ini, dengan asumsi rata-rata dua kali makan nasi per hari.

Meningkatnya permintaan ini bertabrakan dengan kondisi cuaca buruk yang menyebabkan panen yang lebih kecil.

Menurut Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, persediaan beras di sektor swasta turun ke level terendah sejak 1999 di bulan Juni.

Le Monde melaporkan pada bulan Agustus beberapa jaringan supermarket telah membatasi penjualan beras menjadi satu paket per keluarga. Sementara itu, para penjual online sedang berjuang untuk memenuhi lonjakan permintaan.

Baca Juga:   Apel Ops Ketupat Toba 2023, Kabag Ops Polrestabes Medan : Terima Kasih Rekan-rekan Telah Hadir

“Topan kuat, Shanshan, makin mengancam pertanian padi di Kyushu, di mana tingkat kewaspadaan tertinggi telah dikeluarkan untuk angin dan badai,” tulisnya, dikutip TajukRakyat.com dari CNBC Indonesia.

Menanggapi kekurangan tersebut, banyak konsumen beralih ke alternatif yang lebih terjangkau, seperti beras Calrose dari California, menurut Japan Times.

Cita rasanya pun mirip dan harganya yang lebih murah.

Sehingga, beras Calrose telah mengalami peningkatan penjualan yang tajam.

Nippon Brice, penjual beras, mengatakan kepada Japan Times bahwa penjualannya beras Calrose telah meningkat sepuluh kali lipat dari tahun sebelumnya.

Toko-toko ritel lain di Tokyo juga mulai menjual Calrose, karena tingginya permintaan karena harganya yang terjangkau.

Baca Juga:   Wali Kota di Jepang Tersandung 99 Kasus Skandal Seks

Sementara itu, Menteri Pertanian Jepang, Tetsushi Sakamoto mengatakan dalam sebuah konferensi pers pada hari Selasa bahwa situasi kekurangan beras ini cepat atau lambat akan teratasi.

Kementerian mengadakan pertemuan dengan para petani pada hari Rabu dan mereka sepakat bahwa jika harga tetap tinggi, permintaan akan segera turun.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *