TajukRakyat.com– Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA) akan menggunakan salah satu alatnya untuk memerangi perubahan iklim, yang disebut EMIT.
Apa itu EMIT dan bagaimana cara menggunakannya?
EMIT, seperti dikutip dari Space, adalah singkatan dari Earth Surface Mineral Dust Source Investigation.
EMIT saat ini berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Nantinya, EMIT bersama beberapa instrumen lainnya akan melacak gas metana Bumi.
Menurut NASA, gas ini menyumbang antara seperempat hingga sepertiga dari pemanasan global yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
Dengan membangun pemeriksaan dasar dan menentukan wilayah mana yang menghasilkan gas metana paling banyak, NASA berharap dapat membantu para pengambil keputusan pada akhirnya mengurangi gas rumah kaca di atmosfer yang membatasi perubahan iklim.
Proyek nirlaba ini dilakukan oleh NASA bekerja sama dengan lembaga Carbon Mapper.
“Saat ini, ada informasi terbatas yang bisa dimanfaatkan soal emisi gas metana dari sektor pembuangan global,”
“Sebuah pengertian komprehensif tentang titik situs pembuangan yang mengandung sumber emisi tinggi adalah langkah penting untuk memitigasinya,” kata CEO Carbon Mapper, Riley Duren seperti dikutip dari situs resmi NASA.
Sebagai perbandingan dengan karbon dioksida, metana lebih berpotensi mengikat panas di atmosfer. Namun tidak seperti karbon dioksida, metana tidak berumur panjang di atmosfer Bumi dan punya jangka waktu sekitar satu dekade ketimbang berabad-abad.
Itu berarti, mengurangi metana secara signifikan bisa berdampak dengan cepat untuk memperlambat pemanasan atmosfer.
Proyek bersama Carbon Mapper ini pada tahap awal akan dilakukan dengan survei penginderaan jarak jauh terhadap 1000 Tempat Pembuangan Sampah (TPA) di Amerika Serikat, Kanada,dan tempat-tempat lainnya di Amerika Latin, Afrika, dan Asia pada 2023.
Data dari survei tersebut akan dikumpulkan menggunakan sensor berbasis pesawat seperti Airborne Visible/Infrared Imaging Spectrometer-Next Generation (AVIRIS-NG). Pesawat lain yang juga akan digunakan adalah Arizona State University’s Global Airborne Observatory.
Proyek ini juga akan menggunakan data metana dari EMIT yang terpasang di ISS sejak Juli lalu. EMIT sebetulnya digunakan untuk memelajari kandungan mineral dari region yang paling banyak menghasilkan debu di Bumi.
Pada Oktober 2022, EMIT telah menunjukkan kemampuannya dalam mendeteksi metana. EMIT sukses mendeteksi semburan metana dari lebih dari 50 wilayah yang disebut ‘super-emitor’ di Asia Tengah, Timur Tengah, dan Amerika Serikat bagian Barat Daya.(CNN)