TajukRakyat.com,- Bella Hadid, super model ternama mengaku tidak khawatir dirinya dicancel oleh Adidas.
Hal ini buntut dirinya mengampanyekan hak-hak warga Palestina.
Menurut Bella Hadid, ia tidak mempermasalahkan sikap perusahaan sepatu tersebut.
“Aku tidak takut kehilangan pekerjaanku sebagai model dan aku akan terus bersuara untuk Palestina,” katanya.
Diketahui, keputusan cancel kontrak yang dilakukan Adidas terhadap Bella Hadid terjadi setelah Israel menyampaikan kritik kepada Adidas.
Israel menganggap kampanye Bella Hadid merujuk pada Olimpiade Munich 1972, dilansir Al Jazeera.
Meski demikian, langkah Adidas itu justru menuai kritik global.
Warganet di media sosial bahkan menyerukan boikot terhadap Adidas buntut dihentikannya Bella Hadid sebagai model.
Profil Bella Hadid
Dikutip dari Biography, Bella Hadid lahir di Washington, Amerika Serikat (AS), pada 9 Oktober 1996.
Meski lahir di Amerika, Bella Hadid merupakan keturunan asli Palestina.
Ayahnya, Mohamed Hadid, lahir pada 1948 di Nazareth, wilayah asli Palestina yang kini diduduki Israel.
Mohamed Hadid adalah pengungsi Palestina yang merantau ke Amerika saat usianya masih muda.
Sementara, sang ibu yang berdarah Belanda, Yolanda Hadid, adalah mantan model yang membintangi The Real Housewives of Beverly Hills.
Bella Hadid memiliki kakak perempuan, Gigi Hadid, dan seorang adik laki-laki, Anwar Hadid.
Ia dan Gigi dikenal sebagai supermodel.
Kariernya sebagai seorang model diawali dari belajar fotografi saat mulai memasuki dunia kuliah di Parsons School of Design di New York City.
Setelahnya, ia menyusul Gigi yang sudah lebih dulu menjadi model.
Akhirnya, pada 2015, Bella Hadid memilih meninggalkan sekolah untuk fokus berkarier sebagai seorang model.
Di tahun yang sama, ia debut runway untuk Tom Ford di Fashion Week di New York City.
Sejak saat itu, Bella Hadid sudah muncul di banyak sampul majalah ternama, seperti Vogue, dan dikontrak sejumlah perusahaan kecantikan populer, termasuk Bulgari hingga Dior.
Ia juga pernah menjadi model untuk Victoria’s Secret.
Selain sebagai model, Bella Hadid juga dikenal vokal menyuarakan pendapatnya di media sosial.
Di Januari 2017, ia pernah memprotes Donald Trump saat menjabat sebagai Presiden AS, terkait rencana pembangunan tembok perbatasan antara Amerika dan Meksiko.
Bella Hadid mengaku rencana itu mengingatkannya pada apa yang terjadi pada para saudaranya di Palestina.
Terlebih, sang ayah merantau ke Amerika dengan status sebagai seorang pengungsi.
“Ayahku adalah seorang pengungsi saat pertama kali datang ke Amerika,” ujarnya saat itu.
Selain itu, pada 2019, Bella Hadid mengumumkan ia menanam 600 pohon sebagai kompensasi atas polusi karbon selama perjalanan udaranya.
Kemudian, pada 2021, saat roket Israel menyerang Gaza, Bella Hadid secara vokal menyuarakan keprihatiannya terhadap warga sipil Palestina.
Pada Agustus 2023 lalu, Bella Hadid mengkritik Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, setelah Ben-Gvir mengatakan hak untuk hidup dan bergerak bagi pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki, mengalahkan hak warga Palestina.
“Di mana pun, dalam waktu apapun, terutama pada tahun 2023, suatu kehidupan harus lebih berharga daripada kehidupan lainnya. Apalagi hanya karena etnis, budaya, atau kebencian yang murni,” kata dia saat itu.
Ia juga merupakan selebriti Amerika yang terus mendesak gencatan senjata di Gaza, sejak berlangsungnya serangan Israel pada 7 Oktober 2023.
Bahkan, Bella Hadid juga telah berpartisipasi dalam beberapa demonstrasi pro-Palestina selama beberapa waktu terakhir.
Sekilas Tentang Olimpiade Munich 1972
Mengapa Israel marah saat mengetahui kampanye produk baru Adidas yang dilakukan Bella Hadid merujuk pada Olimpiade Munich 1972?
Diketahui, saat momen pesta olahraga dunia itu, kelompok Black September Palestina menyandera 11 atlet Israel.
Israel mengklaim insiden itu masih menjadi luka bagi mereka.
Sebagai informasi, kelompok Black September tidak didukung oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) karena dianggap membawa kesan buruk bagi upaya kemerdekaan Palestina.
Tetapi, penyanderaan terhadap atlet Israel merupakan upaya kelompok itu untuk membebaskan rekan-rekan mereka yang dipenjara di Israel.
Kelompok itu juga meminta dua pemimpin kelompok kiri, Baader-Meinhoff, dilepaskan dari penjara Jerman Barat.
Meski Jerman menyetujui permintaan Black September, Israel justru menolaknya.
Selanjutnya, skenario disusun untuk melawan Black September dan membebaskan para sandera.
Namun, operasi pembebasan itu gagal karena para sniper dari kepolisian Jerman menembak tanpa kendali hingga memicu reaksi Black September.
Akibatnya, semua atlet Israel yang disandera tewas, begitu juga dengan satu polisi Jerman dan tiga anggota Black September