Mengenal Fenomena Squall Line yang Picu Banjir Besar di Semarang

Tim gabungan mengevakuasi warga terdampak banjir di Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (14/3). FOTO: BPBD Kota Semarang
Tim gabungan mengevakuasi warga terdampak banjir di Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (14/3). FOTO: BPBD Kota Semarang

TajukRakyat.com,- Pakar Klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin mengungkap adanya fenomena squall line yang menyebabkan banjir di Semarang sejak Rabu (13/3/2024).

Erma mengatakan, banjir yang terjadi di Semarang akibat hujan lebat yang dipengaruhi bibit siklon 18S dengan gerak lambat.

Lewat akun Twitternya atau X, Erma mengatakan bibit siklon ini memicu banyaknya pembentukan badai squall line.

“Sejak awal (11 Maret) dari prediksi berbasis model skala meso yg kami kembangkan bahwa vorteks (091S) yg berubah jadi bibit siklon 18S akan cenderung bergerak lambat dengan orientasi dari barat menuju timur. Hal ini karena tekanan rendah di timur yg kini telah jadi dua vorteks (pusaran),” kata Erma di akun Twitter miliknya @EYulihastin, dikutip TajukRakyat.com dari CNBC Indonesia, Jumat (15/3/2024).

Baca Juga:   Polda Sumut Periksa Eks Bupati Batubara Terkait Kasus Rekrutmen PPPK

“Pergerakan yang lambat dan tidak segera menjauh menuju Australia inilah yg telah memicu propagasi hujan yg kuat dan maraknya pembentukan badai squall line pemicu hujan persisten berhari-hari bahkan intensitas hujan pun bisa ekstrem, yg disertai angin kencang,” tambahnya.

Lalu, apa itu squall line?

Menurut situs National Weather Service (NWS), yang merupakan BMKG-nya Amerika Serikat, squall line adalah sekelompok badai yang tersusun dalam satu garis.

Fenomena ini sering kali disertai dengan badai angin kencang dan hujan lebat.

Baca Juga:   Terekam CCTV, Maling Brankas di Siantar Ditangkap tak Sampai 24 Jam

Squall line cenderung lewat dengan cepat dan panjangnya bisa ratusan mil tetapi biasanya lebarnya hanya 10 atau 20 mil.

“Terkadang badai petir akan terbentuk dalam garis yang dapat memanjang ke samping hingga ratusan mil. ‘Garis badai’ ini dapat bertahan selama berjam-jam dan menghasilkan angin dan hujan es yang merusak,” menurut pernyataan NWS.

Aliran udara ke atas yang terjadi terus-menerus terbentuk kembali di depan sistem badai.

Tak jarang hujan dan hujan es mengikutinya. Aliran naik dan turun badai di sepanjang garis badai ini bisa menjadi sangat kuat.

Baca Juga:   Tragis Pasangan Suami Istri Tewas Terpental dari Motor Usai Ditabrak Minibus

Meskipun bagian depan garis badai terkadang membentuk tornado, hal ini dapat menghasilkan kerusakan akibat angin “garis lurus”, akibat kekuatan aliran udara ke bawah yang menyebar secara horizontal saat mencapai permukaan Bumi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *