TajukRakyat.com,-Pesawat Qatar Airwas yang terbang dari Doha menuju Irlandia mengalami turbulensi.
Dila[orkan, ada 12 orang terluka, terdiri dari enam penumpang dan enam awak pesawat di Qatar Airways QR017.
Dilansir TajukRakyat.com dari CNBC, pesawat Qatar Airways QR17 itu sebenarnya berangkat dari Doha pada pukul 08.06 waktu setempat.
Pesawat Boeing 787-9 Dreamliner itu melanjutkan perjalanan ke barat laut menuju Dublin.
Namun saat masih berada di langit Turki, pesawat tiba-tiba mengalami turbulensi hebat.
Dari data ketinggian, FlightRadar24 sempat menunjukkan pesawat Qatar Airways QR17 turun 275 kaki dengan kecepatan 21.888 fpm.
Namun pesawat berhasil mendarat dengan selamat di bandara Irlandia tanpa insiden lebih lanjut pada pukul 12.59 waktu setempat.
Tak ada turbulensi atau insiden lain yang terjadi setelahnya.
“Penerbangan Qatar Airways QR107 dari Doha mendarat dengan selamat sesuai jadwal di Bandara Dublin sesaat sebelum pukul 13.00 pada hari Minggu,” tulis otoritas bandara Dublin.
Saat mendarat, pesawat itu langsung mendapatkan layanan darurat, termasuk polisi bandara dan departemen pemadam kebakaran dan penyelamatan. Korban luka dilaporkan sudah mendapat penanganan tim medis.
Penyebab?
Belum ada komentar resmi soal ini. Mengutip AFP Senin (27/5/2024), otoritas Qatar Airways masih melakukan penyelidikan internal.
Namun turbulensi di dunia aviasi atau pesawat memang tidak dapat dihindari karena fenomena ini terjadi di udara yang dilewati oleh pesawat.
Sebagian besar turbulensi ini tergolong ringan tetapi saat terjadi di awan yang lebih besar.
Seperti halnya awan badai Cumulonimbus. Pergerakan udara yang kacau dapat menyebabkan turbulensi tingkat sedang atau bahkan parah.
Sebnarnya ada jenis turbulensi lain yang disebut turbulensi “udara jernih” atau Clear Air Turbulence (CAT).
Sesuai namanya, turbulensi ini terjadi di tempat tanpa awan dan tidak bisa dilihat. Turbulensi jenis ini jauh lebih merepotkan karena sangat sulit dideteksi.
Turbulensi udara jernih didefinisikan oleh badan penerbangan Amerika Serikat (AS) Federal Aviation Administration (FAA) sebagai turbulensi parah yang tiba-tiba terjadi di wilayah tak berawan yang menyebabkan hentakan pesawat yang hebat.
Hal ini sangat menyusahkan karena sering ditemui secara tak terduga dan seringkali tanpa petunjuk visual untuk memperingatkan pilot akan bahaya tersebut.
Badan tersebut mengatakan turbulensi udara jernih biasanya ditemukan di dekat aliran jet dan terkait dengan pergeseran angin (wind shear), merujuk perubahan kecepatan atau arah angin secara tiba-tiba. Turbulensi ini juga biasanya ditemukan pada ketinggian 30.000-60.000 kaki.
“Turbulensi terus menjadi penyebab utama kecelakaan dan cedera meskipun tingkat kecelakaan penerbangan terus meningkat,” kata Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS dalam laporan tahun 2021.
Perubahan Iklim?
Mengutip AFP, merujuk para ahli, turbulensi pesawat dalam penerbangan Singapore Airlines merupakan fenomena kompleks.
Namun ini semakin umum terjadi akibat perubahan iklim.
Badai, cuaca dingin dan hangat, serta pergerakan udara di sekitar pegunungan dapat menyebabkan turbulensi di udara yang dilalui pesawat.
Turbulensi juga dapat terjadi pada aliran jet yakni jalan raya, dengan angin kencang yang beredar di seluruh dunia pada garis lintang tertentu.
Tahun lalu, para ilmuwan dari Reading University menemukan bahwa turbulensi parah akibat fenomena udara bersih ini telah meningkat sebesar 55% antara tahun 1979 dan 2020 di Atlantik Utara.
Mereka mengatakan bahwa udara yang lebih hangat akibat peningkatan emisi gas rumah kaca mengubah kecepatan angin dalam aliran jet.
Turbulensi jenis ini sangat sulit dinavigasi oleh pilot.
Meskipun organisasi meteorologi memberikan peringatan di mana ia mungkin ditemukan, selama penerbangan ia tidak dapat ditangkap atau dilihat oleh sistem radar mereka.
Perubahan iklim juga membuat anomali badai di belahan dunia semakin meningkat intensitasnya, berdasarkan data dari badan ilmu iklim PBB (IPCC).
Hal ini disebabkan oleh dua alasan, yakni perubahan iklim menghangatkan lautan yang menyebabkan lebih banyak air menguap, menambah lebih banyak panas dan kelembapan ke udara.
Pada saat yang sama, udara yang lebih hangat dapat menahan lebih banyak kelembapan sehingga menghasilkan angin yang lebih kencang dan curah hujan yang lebih deras akibat badai, yang akan menyebabkan turbulensi yang lebih parah.
Namun, saat ini belum ada bukti jelas bahwa badai tropis di belahan dunia semakin sering terjadi.(**)