TajukRakyat.com,- Pendeta Gilbert Lumoindong kembali menuai kecaman dari masyarakat dan warganet.
Dalam ceramahnya, Pendeta Gilbert Lumoindong membanding-bandingkan praktik zakat dalam Islam dengan ajaran Kristen.
Banyak pihak yang merasa terganggu dengan ucapan Pendeta Gilbert Lumoindong itu.
Ia dinilai mengganggu ketentraman dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia.
Setelah ceramahnya itu viral, Pendeta Gilber Lumoindang yang menuai kecaman buru-buru minta maaf.
Ia kemudian menemui Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia, Jusuf Kalla, untuk mengklarifikasi dan meminta maaf atas ceramahnya tersebut.
“Sekali lagi saya minta maaf kegaduhan ini, tapi percayalah kebersamaan Indonesia selalu ada di hati saya dan di hati saya selalu ada persatuan karena dasar khotbahnya kalau didengar hari itu, itu justru tentang kasih, kasihlah sesamamu,” katanya.
Penuh Kontroversi
Pendeta Gilbert Lumoindong bukan kali ini saja menimbulkan kontroversi.
Pada tahun 2022, Pendeta Gilbert mendapatkan teguran dari Pengurus Pusat Gereja Bethel Indonesia (GBI) karena pernyataannya yang dianggap memojokkan dalam kasus pembunuhan yang melibatkan Brigadir J.
Dikutip TajukRakyat.com dari suara.com, dalam sebuah tayangan di YouTube, Gilbert mengatakan bahwa Brigadir J telah melakukan tindakan pelecehan terhadap istri Ferdy Sambo, Putri Candrawati.
Meski akhirnya Pendeta Gilbert meminta maaf dan mencabut pernyataannya, namun kontroversi tersebut sempat terlanjur viral.
Tidak hanya itu, gaya hidup mewah Pendeta Gilbert juga menjadi sorotan.
Dia diduga memamerkan barang-barang mewah dengan harga fantastis, hingga dicurigai menyalahgunakan dana gereja.
Potret dirinya yang mengenakan aksesoris seperti jam tangan mewah dengan merek terkenal seperti Cartier dan Rolex, serta barang-barang mewah lainnya, menjadi bahan gunjingan di media sosial.
Kekinian, Pdt. Gilbert kembali menuai kontroversi usai ceramahnya viral di media sosial.
Dalam ceramah tersebut, Pendeta Gilbert membandingkan praktik zakat dalam Islam dengan ajaran Kristen.
“Saya Islam diajari bersih sebelum sembahyang, cuci semuanya. Saya bilang, lu (zakat) 2,5 (persen) gua 10 persen, bukan berarti gua jorok, (kami) disucikan oleh darah Yesus,” ujar Pendeta Gilbert.
Pendeta Gilbert kemudian menghubungkan praktik zakat yang berbeda tersebut dengan kewajiban ibadah umatnya.
Menurutnya, zakat yang lebih besar dalam agama Kristen membuat umatnya tidak perlu repot bergerak dalam ibadah.
Sementara umat Islam harus melakukan salat karena hanya diwajibkan membayar zakat sebesar 2,5 persen.
“Kita kan bayar 10 persen, makanya kita kebaktian tenang aja, paling berdiri, tepuk (tangan), ya santai. Tapi kalau 2,5 setengah mati,” ujar Pendeta Gilbert sembari mempraktikkan gerakan salat.
“Yang paling berat terakhirnya mesti lipat kaki, nggak semua orang bisa. Tapi yaudahlah, 2,5 (persen zakatnya),” katanya lagi.(**)