Tragis ! Pelari Maraton Uganda Tewas Dibakar Hidup-hidup oleh Pacarnya

Korban semasa hidup.(ist)
Korban semasa hidup.(ist)

TajukRakyat.com,- Atlet maraton Olimpiade asal Uganda, Rebecca Cheptegei, meninggal dunia 4 hari setelah diserang secara brutal oleh pacarnya, yang membakarnya hidup-hidup.

Kabar tragis itu, pertama kali disampaikan oleh Ketua Komite Olimpiade Uganda (UOC), Donald Rukare, seperti dikutip tajukrakyat.com dari CNBC Kamis (12/9/24).

“Kami menerima kabar menyedihkan tentang meninggalnya atlet Olimpiade kami, Rebecca Cheptegei, setelah serangan kejam oleh pacarnya,” kata Rukare dalam unggahannya di media sosial X.

Lalu, bagaimana kronologi hingga penyebab kejadian tragis tersebut?Atlet berusia 33 tahun tersebut meninggal akibat luka bakar yang dideritanya setelah pacarnya menyiramkan bensin dan membakarnya di Kenya.

Peristiwa ngeri ini menjadikan Cheptegei sebagai atlet wanita ketiga yang tewas di negara itu sejak Oktober 2021.

“[Cheptegei] meninggal setelah organ tubuhnya gagal berfungsi,” kata Owen Menach, direktur senior layanan klinis di Rumah Sakit Pengajaran dan Rujukan Moi (MTRH), kepada kantor berita Reuters.

Baca Juga:   Penertiban Gudang di Kampung Kompak Rusuh, Warga Luka-luka

Peter Ogwang, Menteri Negara Uganda untuk Pendidikan dan Olahraga, menggambarkan kematian Cheptegei sebagai kejadian “tragis.”.

Ia juga mengatakan bahwa pihak berwenang Kenya sedang menyelidiki lebih lanjut tentang insiden tersebut.

Rukare mengecam kejadian ini sebagai “tindakan pengecut dan tidak masuk akal” serta mengatakan bahwa Uganda telah kehilangan seorang “atlet hebat.”

“Warisan [Cheptegei] akan terus dikenang,” tambahnya.

Cheptegei menderita luka bakar di tiga perempat tubuhnya, menurut pejabat di MTRH, Eldoret, tempat dia dirawat.

Polisi mengidentifikasi pelaku sebagai pacarnya, Dickson Ndiema Marangach, yang diduga menyiramkan bensin ke tubuh Cheptegei dan membakarnya di rumahnya di Endebess, County Trans-Nzoia, Kenya.

Peristiwa ini terjadi hanya beberapa minggu setelah Cheptegei berpartisipasi dalam maraton wanita di Olimpiade Paris, di mana ia finis di urutan ke-44.

Baca Juga:   Sumut Masuk Wilayah Rawan Pemilu 2024 Bersama 12 Polda Lainnya

Komite Olimpiade Uganda menyerukan tindakan cepat untuk menangkap pelaku dan meminta penegak hukum segera bertindak untuk membawa pelaku ke pengadilan atas tindakan yang kejam dan memalukan tersebut.

Cheptegei memulai karirnya pada tahun 2010 dan telah mewakili Uganda dalam berbagai lomba jarak jauh, termasuk penampilan Olimpiadenya di Paris.

Keluarga Cheptegei mengungkapkan bahwa ia telah membeli tanah di Trans-Nzoia, Kenya, dan membangun rumah di sana sebagai tempat tinggal dan lokasi latihan.

Menurut laporan, serangan tersebut dipicu oleh perselisihan terkait kepemilikan rumah antara Cheptegei dan Ndiema.

Federasi Atletik Uganda juga mengecam tindakan kekerasan domestik ini dan menyatakan Cheptegei sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga.

“Kami mengutuk tindakan ini dan menyerukan keadilan,” demikian pernyataan dari badan olahraga tersebut.

Media Kenya melaporkan bahwa salah satu putri Cheptegei menyaksikan langsung serangan tersebut di rumah ibunya.

Baca Juga:   Minuman Berpemanis Bakal Kena Cukai

“Dia menendang saya saat saya berusaha menolong ibu saya,” kata putrinya yang tidak disebutkan namanya.

Pelaku, Marangach, juga mengalami luka bakar di 30% tubuhnya dalam insiden tersebut.
Kematian Cheptegei menjadi sorotan atas kekerasan yang dialami atlet wanita di Kenya.

Insiden ini terjadi dua tahun setelah atlet kelahiran Kenya, Damaris Mutua, ditemukan tewas di Iten, dan pada tahun 2021, pelari Kenya Agnes Tirop yang memecahkan rekor juga ditemukan tewas ditikam di rumahnya.(*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *