Saat ini nilai tukar rupiah anjlok
TajukRakyat.com,- Jelang perilisan data-data penting Amerika Serikat (AS), nilai tukar rupiah terhadap dollar babak belur alias anjlok.
Hingga Rabu (5/6/2024) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,40% di level Rp16.280/US$1.
Dilansir TajukRakyat.com dari CNBC Indonesia, pekan ini para pelaku pasar akan menanti rilisnya data-data penting makro AS, terutama data pekerjaan non farm payrolls periode Mei yang akan dirilis pada hari Jumat (7/6/2024).
Data-data tenaga kerja menjadi petunjuk awal mengenai inflasi AS yang merupakan faktor utama The Fed dalam menentukan arah kebijakan moneter.
Asal tahu saja, The Fed menargetkan inflasi AS 2% agar penurunan suku bunga terjadi.
Pemberi kerja diperkirakan menambah 185.000 pekerjaan pada Mei.
Hal ini terjadi setelah laporan April menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja melambat lebih dari yang diperkirakan, dengan penambahan 175.000 lapangan kerja.
Paling sedikit dalam enam bulan.
Jika proyeksi tersebut terjadi, maka akan membuat inflasi bisa kembali meningkat karena lapangan pekerjaan yang tinggi dapat mendorong daya beli.
Hal ini pun dapat mendesak kebijakan The Fed bersikap hawkish dan kembali mengurungkan niat untuk memangkas suku bunga pada periode selanjutnya.
Melemahnya rupiah juga terdorong dari hasil data ekonomi dalam negeri yang sedikit mengecewakan para pelaku pasar.
Aktivitas manufaktur Indonesia terjun ke level terendah pada Mei 2024. Data Purchasing Managers’ Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari Senin (3/6/2024), menunjukkan PMI manufaktur Indonesia jatuh ke 52,1 Mei 2024. Indeks lebih rendah dibandingkan April 2024 yakni 52,9.
Namun, melihat melemahnya rupiah yang nyaris menyentuh level Rp16.300/US$1, Bank Indonesia (BI) siap melakukan intervensi demi menjaga kestabilan pergerakan nilai tukar rupiah.
“Terkait NTR kami terus berupaya di tengah gejolak global kami terus menjaga nilai tukar melakukan intervensi di pasar valas,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam rapat kerja dengan Komisi XI, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (5/6/2024).
Perry juga mengatakan, meski rupiah alami pelemahan terhadap dolar AS namun masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang negara berkembang lainnya seperti Peso Filipina, Won Korea Selatan, dan Thailand.(**)