Bisnis  

Mixue “Penghuni Ruko Kosong”

TajukRakyat.com- “Penghuni ruko kosong” julukan gerai waralaba eskrim dan teh asal Cina, Mixue ramai di jagad TikTok. Bagaimana tidak, ekspansi Mixue begitu cepat merambah ke kota-kota besar di Indonesia seperti Jabodetabek, Surabaya, Semarang, Batam bahkan Pontianak.

 

Di Medan sendiri, saat ini setidaknya sudah ada 17 gerai yang tersebar di berbagai sudut kota. Perusahaan waralaba asal China, Mixue sedang naik daun. Bahkan, dalam dua tahun belakangan, gerai-gerai Mixue cepat menyebar di seluruh kota-kota besar di Indonesia.

 

Dengan warna khas merah putih, outlet Mixue kini banyak dijumpai di beberapa sudut kota. Waralaba yang mulai beroperasi sejak 1997 lalu, dan baru masuk ke Indonesia pada 2020 kini menjadi bahan perbincangan.

 

Baca Juga:   Wow ! Ini Dia Tiga Orang Muslim Terkaya, Hartanya Tak Berseri

Tak ayal, gerai-gerai Mixue banyak diserbu anak muda untuk mencicip teh dan es krim. Dalam waktu dua tahun, brand ini mampu membuka ratusan cabang di seluruh penjuru Indonesia, termasuk di Medan.

 

Khusus di Medan, Mixue bahkan sudah membuka 17 gerai. Gerai-gerai Mixue banyak dibuka di titik-titik keramaian, nyaris di seluruh penjuru Kota Medan.
Menu yang ditawarkan Mixue antara lain, mulai dari Boba Sundae, Mixue Ice Cream, Boba-Shake, Mi-Sundae, Strawberry Mi-Shake, Creamy Mango Boba, Fresh Squeezed Lemonade dan Passion Fruit Jasmine Tea.

 

Kemudian ada Pearl Milk Tea, Oats Milk Tea, Brown Sugar Milk Tea Rp 19 ribu, Supreme Mixed Milk Tea. Ada juga Original Jasmine Tea dan Original Earl Grey Tea.

Baca Juga:   4 Merek Mobil Ini tak Laku di Indonesia, Harganya Tembus Rp 1 Miliar

 

Sebelum kalian merasakan menu-menu di Mixue ada baiknya kita kulik sedikit sejarah Mixue. Dilansir dari berbagai sumber Zhang Hongchao mulai mendirikan Mixue pada 1997 yang saat itu masih berstatus sebagai mahasiswa tahun keempat.

 

Hongchao memulai karirnya dengan bekerja paruh waktu di toko es serut dan menemukan ide bisnis pertamanya dari sini.

 

Nenek Hongchao memiliki peran besar dalam pembangunan usaha milik cucunya. Usai lulus kuliah, Hongchao mendapat dukungan materi dari neneknya berupa tabungan sebesar 4.000 Renminbi, bernilai sekitar Rp 7 jutaan waktu itu.

 

Dia kemudian mendirikan kedai bernama “es serut dingin” dengan modal tersebut. Ia menjual es serut, es krim, dan smoothie. Bisnis pertamanya ini dimulai dengan sederhana. Hanya ada kulkas, beberapa bangku dan meja lipat di tokonya.

Baca Juga:   BTN Berkomitmen Untuk Melindungi Data Pribadi Nasabah  

 

Mesin es serut pun diproduksi sendiri oleh Hongchao. Berbekal motor, pemotong, dan meja putar.Penghasilan Hongchao mencapai 100 Renminbi atau Rp 226.000 dalam sehari. Sayangnya, toko pertama ini sudah ditutup.

 

Satu tahun kemudian, Hongchao membuka bisnis keduanya yang diberi nama Mixue Bingcheng. Artinya, kastil es yang dibangun dengan salju manis dan berevolusi menjadi Mixue yang tersebar di berbagai belahan dunia seperti saat ini. (SM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *