Demo Anti-Muslim Bikin Resah, Wakil Dubes Inggris Minta Maaf

Sebuah mobil terbakar selama protes antiimigrasi di Middlesbrough, Inggris, Minggu 4 Agustus 2024. (AP/Owen Humphreys)
Sebuah mobil terbakar selama protes antiimigrasi di Middlesbrough, Inggris, Minggu 4 Agustus 2024. (AP/Owen Humphreys)

TajukRakyat.com,-Demo anti-muslim hingga berujung pada kekacauan dan pembakaran di Inggris membuat resah sejumlah kalangan.

Selama ini, Inggris dikenal sebagai negara yang damai.

Tapi belakangan, muncul provokasi anti-muslim, hingga menimbulkan kekerasan.

Karena hal ini pula, Wakil Duta Besar Inggris kemudian meminta maaf, dan mengutuk keras kekerasan dan kekacauan yang terjadi.

“Saya ingin secara terbuka mengutuk premanisme dan hooliganisme yang tidak masuk akal ini, yang dilakukan oleh sebagian kecil kelompok,” katanya, dikutip TajukRakyat.com dari CNBC Indonesia, Selasa (6/8/2024).

“Saya juga ingin meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa orang-orang yang berkunjung ke Inggris tetap disambut dengan hangat,” tambahnya.

Dikatakannya lagi, Inggris adalah negara yang toleran, terbuka, dan multikultural.

Menurutnya apa yang disaksikan tidak mewakili nilai-nilai Inggris.

“Pemerintah Inggris dengan jelas menegaskan bahwa kami, sebagai negara, tidak akan menoleransi serangan terhadap masjid, komunitas Muslim, atau siapa pun karena agama atau warna kulit mereka,” tambahnya.

“Para penjahat yang melakukan tindakan ini, dan mereka yang menghasut dengan kebencian dan disinformasi online, akan mendapat hukuman penuh,” ujarnya lagi.

Baca Juga:   Update Keurusuhan Wamena, 10 Orang Tewas, 18 Aparat Terluka

Unjuk rasa massa yang berujung bentrokan berbahaya ini dipicu pembunuhan tiga gadis muda di kelas dansa bertema Taylor Swift di Southport pada Senin pekan lalu.

Axel Rudakubana (17) dari Lancashire dituduh melakukan serangan tersebut.

Setelah itu, klaim palsu tersebar secara online bahwa tersangka adalah seorang pencari suaka beragama Islam yang tiba di Inggris dengan perahu.

Padahal, Axel diketahui merupakan keturunan dari imigran Rwanda Kristen, namun sudah lahir di Inggris.

Akibat klaim palsu ini pengunjuk rasa sayap kanan berkumpul di kota-kota besar dan kecil di seluruh negeri.

Mereka menargetkan pencari suaka hingga masjid sebagai bentuk penolakan atas imigran.

Pada hari Minggu, terjadi kerusuhan di wilayah Rotherham, dengan sekitar 700 massa menggeruduk hotel Holiday Inn Express yang menjadi tempat pengungsi yang tiba di Inggris.

Baca Juga:   PAN Siapkan Nama Eko Patrio Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Beberapa massa bahkan melemparkan potongan kayu, botol dan kursi, serta menyemprotkan alat pemadam kebakaran ke arah petugas dan hotel itu.

Polisi South Yorkshire mengatakan sedikitnya 10 petugas terluka, termasuk satu orang yang tidak sadarkan diri karena cedera kepala.

Seorang petugas polisi Yorkshire Selatan yang berpengalaman mengatakan bahwa ini adalah kerusuhan terburuk yang pernah dia alami.

Rekaman dari tempat kejadian menunjukkan sebuah tong sampah terbakar dan para pengunjuk rasa, beberapa di antaranya mengenakan bendera St George dan bendera serikat pekerja.

Mereka meneriakkan: “Keluarkan mereka” dan berusaha menyerbu ke dalam hotel.

Selain di Rotherham, protes juga dilaksanakan di Bolton, Lancaster, Weymouth dan Middlesbrough.

Lebih dari 300 pengunjuk rasa berbaris melalui pusat kota dan meneriakkan “Kami ingin negara kami kembali”.

Perdana Menteri (PM) Sir Keir Starmer berjanji untuk melakukan apa pun untuk membawa para pengujuk rasa brutal ke pengadilan secepat mungkin.

Baca Juga:   Houthi Yaman Rudal Kapal AS, Tegaskan Dukung Palestina

Ia mengatakan kepada wartawan bahwa selama beberapa hari terakhir ia telah bekerja sama dengan polisi dan sistem peradilan untuk memastikan sistem hukum dapat menindak para perusuh.

“Jangan ragu, mereka yang telah berpartisipasi dalam kekerasan ini akan menghadapi kekuatan hukum penuh. Polisi akan melakukan penangkapan. Orang-orang akan ditahan, dakwaan akan menyusul dan hukuman akan menyusul,” tegasnya.

“Saya jamin Anda akan menyesal telah mengambil bagian dalam kekacauan ini, baik secara langsung maupun mereka yang mengobarkan aksi ini secara daring dan kemudian melarikan diri sendiri. Ini bukan protes, ini adalah premanisme yang terorganisir dan kejam dan tidak memiliki tempat di jalanan atau daring kita,” jelasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *