TajukRakyat.com,- Presiden Iran, Ebrahim Raisi berang terhadap Isrel.
Sebab, akibat serangan Israel ke kantor Konsuler Iran di Damaskus, Suriah, tiga Jenderal Iran dilaporkan tewas.
Karena hal itu pula, lewat siaran pers pada Selasa (2/4/2024), Raisi mengutuk keras serangan yang dilakukan Israel tersebut.
“Pengecut tidak akan dibiarkan begitu saja. Setelah kekalahan dan kegagalan berulang kali melawan keyakinan dan kemauan para pejuang perlawanan, rezim Zionis telah melakukan pembunuhan membabi-buta dalam agendanya untuk menyelamatkan diri,” kata Raisi di situs kantornya, dikutip AFP.
“Hari demi hari, kita telah menyaksikan menguatnya Front Perlawanan dan rasa muak serta kebencian negara-negara bebas terhadap sifat tidak sah (Israel). Kejahatan pengecut ini tidak akan dibiarkan begitu saja,” tegasnya lagi menyebut milisi musuh Israel.
Pernyataan Raisi ini juga diikuti sumpah pejabat Teheran lainnya yang akan membalas dendam.
Dikutip TajukRakyat.com dari CNBC, Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian mengatakan pihaknya menganggap ini sebagai “agresi yang telah melanggar semua norma diplomatik dan perjanjian internasional”.
“Benjamin Netanyahu benar-benar kehilangan keseimbangan mental karena kegagalan berturut-turut di Gaza dan kegagalannya mencapai tujuan Zionisnya,” katanya merujuk Perdana Menteri (PM) Israel dilansir The Guardian.
Senin, rudal Israel membom Kantor Konsulat Iran di Damaskus.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan 11 orang tewas dalam serangan itu.
Iran mengatakan bahwa beberapa diplomat tewas. Tiga pejabat militer, Komandan Garda Nasional Iran (IRGC), Brigadir Jendral (Brigjen) Mohammad Reza Zahedi dan wakilnya Jenderal Haji Rahimi serta Kepala Staf Umum Pasukan Al-Quds di Suriah dan Lebanon Brigjen Hossein Amirollah juga menjadi korban.
Serangan tersebut menyusul peningkatan kekerasan antara Israel dan milisi Lebanon yang didukung Iran, Hizbullah di perbatasan.
Keduanya memanas sejak serangan Israel pecah di Gaza Oktober 2023 yang hingga kini menewaskan lebih dari 32.000 warga sipil.
Jumat lalu, serangan Israel juga terjadi di Suriah yang menewaskan 53 orang, termasuk 38 tentara dan tujuh anggota Hizbullah.
Jumlah tersebut merupakan jumlah tertinggi korban tentara Suriah dalam serangan Israel sejak perang Israel-Hamas dimulai pada bulan Oktober, kata pemantau tersebut.
Kata Israel-AS dan PBB
Sementara itu, Israel menolak berkomentar soal serangan terbaru ke Iran. Sekutunya Amerika Serikat (AS) mengatakan pihaknya mengetahui laporan serangan terhadap misi diplomatik Iran tapi tidak memberikan komentar.
PBB mengatakan mereka sangat prihatin dengan laporan tersebut. Namun lembaga itu mengaku akan memberikan komentar lengkapnya nanti.
Tapi Dewan Keamanan PBB dilaporkan akan membahas serangan mematikan itu pada Selasa malam waktu AS. Pertemuan diminta oleh sekutu Suriah, Rusia.
“Iran memiliki hak yang sah dan melekat berdasarkan hukum internasional dan Piagam PBB untuk mengambil tindakan tegas terhadap tindakan tercela tersebut,” kata misi Iran untuk badan dunia tersebut.
Iran memperingatkan bahwa serangan itu berpotensi memicu lebih banyak konflik yang melibatkan negara-negara lain. Negara itu meminta Dewan Keamanan PBB untuk “mengutuk tindakan kriminal yang tidak dapat dibenarkan ini”.
Penasihat senior di International Crisis Group Ali Vaez mengatakan Israel telah melakukan banyak serangan di Suriah. Fokusnya terutama pada transfer senjata.
“Penargetan langsung terhadap personel IRGC memang terjadi, namun ini lebih merupakan pengecualian daripada aturan. Serangan hari ini sangat penting bagi korban tewas dan lokasinya,” katanya.
Minyak Mendidih
Di sisi lain, harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan pada perdagangan Selasa.
Harga kontrak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei naik 54 sen atau 0,65%, menjadi US$ 83,71 (Rp 1,3 juta) per barel sementara kontrak Brent untuk pengiriman Juni bertambah 42 sen atau 0,48%, menjadi US$ 87,42 (Rp 1,4 juta) per barel.
“Berita ini, jika terkonfirmasi, jelas merupakan peningkatan konflik di Timur Tengah dan kemungkinan akan terus meningkatkan harga minyak dalam jangka pendek,” analis Roth MKM, Leo Mariani, mengatakan kepada kliennya dikutip CNBC International.
Risiko geopolitik masih ada di pasar ketika Ukraina menyerang kilang minyak Rusia.
Selain itu, serangan militan Houthi di Laut Merah telah menyebabkan pengalihan pengiriman minyak mentah di sekitar Tanjung Harapan di Afrika bagian selatan.
Sementara itu, minyak juga naik lebih tinggi pada tahun 2024 di tengah ekspektasi permintaan global yang kuat karena OPEC+ menahan pasokan di pasar setidaknya hingga kuartal kedua mendatang. Minyak mentah AS dan Brent membukukan kenaikan selama tiga bulan berturut-turut. WTI naik 17,8% untuk tahun ini sementara Brent naik 14,2%.(**)