Tujuh Permainan Jadul Khas Sumut Era Tahun 90-an

Ilustrasi
Ilustrasi

TajukRakyat.com, – Permainan jadul (jaman dulu) merupakan permainan tradisional yang biasanya diwariskan secara turun-temurun dalam masyarakat.

Permainan ini sering menggunakan aturan, norma, dan adat kebiasaan lama, serta memanfaatkan alat-alat sederhana atau bahan dari alam sekitar.

Tujuan utama permainan jadul adalah menghibur sekaligus melatih keterampilan fisik, sosial, dan karakter anak-anak seperti kerjasama, sportivitas, ketekunan, dan rasa tanggung jawab.

Berikut 7 permainan jadul khas Sumatera Utara era 90-an yang populer di kalangan anak-anak:

1. Margala/Marcabor – Versi lokal dari gobak sodor, permainan berkelompok yang menguji kecepatan dan strategi, juga dijadikan ajang mencari jodoh.

Permainan ini mengandalkan kerja sama tim, kecepatan kaki, dan strategi untuk mengalahkan lawan. Berikut cara dan aturan bermain Margala:

– Arena permainan digambar di tanah dengan tiga garis horizontal dan tiga garis vertikal, membentuk empat kotak.
– Terdiri dari dua tim, biasanya 6 orang per tim, satu tim bertugas menjaga garis-garis pada kotak-kotak arena.
– Tiga pemain bertugas menjaga di tiga titik garis horizontal depan dan satu pemain menjaga garis vertikal di tengah.
– Tim lawan berusaha memasuki arena yang dijaga tanpa tersentuh oleh penjaga.
– Jika anggota tim lawan yang mencoba masuk tersentuh oleh penjaga, maka tim lawan kalah dan bertukar posisi dengan penjaga.
– Jika tim lawan berhasil melewati area penjagaan, mereka memperoleh poin dan kembali ke posisi semula untuk giliran berikutnya.
– Permainan ini menuntut kelincahan, kekompakan, dan strategi dalam membaca gerak lawan.

Margala dulunya juga diagungkan sebagai hiburan resmi para raja Batak dan menjadi ajang berkumpul saat bulan purnama sekaligus mencari jodoh bagi para remaja yang bermain.

2. Rimau Langkat – Permainan anak laki-laki di Langkat, seperti permainan harimau dan musuh dengan lingkaran sebagai benteng.

Cara bermain Rimau Langkat adalah:

– Biasanya dimainkan oleh sekitar 15 anak laki-laki dengan usia 10-14 tahun.
– Permainan diawali dengan memilih siapa yang menjadi “harimau” dan siapa yang menjadi musuh melalui undian.
– “Harimau” dikurung dalam lingkaran yang dibentuk oleh anak-anak lain yang berpegangan tangan dengan kuat sebagai pagar.
– Harimau berusaha menerobos lingkaran tersebut untuk menangkap musuh yang berkeliaran di luar lingkaran.
– Anak-anak yang membentuk lingkaran bekerja sama menghalangi harimau agar tidak bisa keluar.
– Musuh di luar lingkaran menghindar dengan berbagai trik supaya tidak tertangkap.
– Jika harimau berhasil menembus lingkaran dan menangkap musuh, harimau menang.
– Jika harimau gagal menangkap musuh meskipun berhasil keluar lingkaran, maka musuh yang menang.
– Biasanya ada hukuman bagi yang kalah, misalnya menggendong pemenang sejauh jarak tertentu.
– Permainan ini seru dan menantang, biasanya dilakukan di tanah lapang atau dekat sungai, dengan kadang-kadang melumuri badan dengan lumpur agar licin.

Baca Juga:  Modus Pacaran, Pas Diajak Nikah Buruh Bangunan Habisi Kekasih : Harta Korban Dikuras

Permainan ini menjadi sarana hiburan sekaligus melatih kekuatan fisik dan strategi anak-anak di masa lalu di Langkat.

3. Marsiada – Permainan lempar tangkap batu kecil tanpa menyentuh batu lain, melatih ketangkasan tangan dan berhitung.

Cara bermainnya sebagai berikut:

– Biasanya dimainkan oleh dua atau lebih orang, baik laki-laki maupun perempuan.
– Setiap pemain memiliki beberapa batu kecil (biasanya 5 sampai 10 batu kecil seukuran kelereng).
– Batu-batu tersebut diserakkan di permukaan datar, seperti tanah atau lantai.
– Pemain bergantian melempar satu batu kecil (disebut batu “gacoan”) ke udara, lalu dengan cepat mengambil satu atau beberapa batu yang lain tanpa menyentuh batu lainnya.
– Batu yang dilempar ke udara harus ditangkap kembali sebelum jatuh ke tanah, sambil mengambil batu lain dari kerumunan.
– Jika pemain menyentuh batu lain selain yang ingin diambil, atau gagal menangkap batu yang dilempar, maka giliran dimainkan berpindah ke pemain lain.
– Permainan berlangsung dengan beberapa tingkat kesulitan, mulai dari mengambil satu batu, dua batu, hingga mengambil beberapa batu sekaligus tanpa menyentuh yang lain.
– Tujuannya adalah mengumpulkan batu sebanyak mungkin tanpa melakukan kesalahan.

Permainan ini melatih ketangkasan tangan, konsentrasi, dan kemampuan berhitung karena pemain harus memperhatikan jumlah batu yang diambil dengan cermat.

Marsiada masih sering dimainkan di daerah-daerah seperti Batak Toba, Samosir, Tapanuli Utara, dan sekitarnya.

4. Marakkat Singa – Melompat karet gelang yang disusun sepanjang 1-4 meter dengan berbagai tingkat ketinggian.

Marakkat Singa termasuk permainan yang sangat seru dan menantang, biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan.

Baca Juga:  Pengendara Motor Tewas di Tempat Usai Diduga Tabrak Pohon di Jalan Gatot Subroto

Manfaatnya meliputi melatih otot kaki, meningkatkan koordinasi tubuh, serta nilai moral seperti kebersamaan, kegigihan, tanggung jawab, dan kejujuran.

Permainan Marakkat Singa adalah permainan tradisional khas Sumatera Utara yang menggunakan karet gelang. Cara bermainnya yaitu:

– Karet gelang disatukan sepanjang 3-4 meter lalu ditempatkan sebagai tantangan loncatan
– Pemain harus melompati karet gelang pada berbagai ketinggian dari lutut, pinggang, pundak, hingga di atas kepala
– Setelah berhasil melewati tahap lompatan, pemain melilitkan karet gelang di bagian kaki dan berusaha membuka lilitan tersebut tanpa menyentuh lantai atau jatuh
– Jika gagal melewati lompatan atau membuka lilitan, giliran bermain berpindah ke pemain berikutnya
– Permainan ini melatih kelincahan, keseimbangan, koordinasi tubuh, serta nilai kebersamaan dan ketekunan

Marakkat Singa biasa dimainkan anak-anak perempuan dan sangat seru serta menantang.

5. Marimbus Pattik – Permainan meniup karet gelang agar terlepas dari lingkaran sebagai taruhan, menguji ketepatan dan kontrol napas.

Marimbus Pattik juga menjadi salah satu warisan budaya yang menghibur sekaligus melatih kemampuan motorik anak-anak di daerah Batak dan sekitarnya.

Permainan Marimbus Pattik adalah permainan tradisional Sumatera Utara yang menggunakan karet gelang dan kayu kecil sebagai alatnya. Cara bermainnya:

– Jumlah karet gelang sebagai taruhan disepakati dulu.
– Karet gelang disatukan dan dimasukkan ke lidi atau kayu kecil yang ditancapkan di tanah.
– Pemain bergiliran mengembus karet gelang sekuat tenaga agar keluar dari lidi tersebut.
– Pemain yang paling banyak berhasil mengeluarkan karet gelang dari lidi menjadi pemenang.

Permainan ini melatih konsentrasi, keterampilan mengatur napas, dan ketangkasan tangan.

6. Mardanggur Goje – Lempar karet gelang, jika tidak melewati garis dianggap gagal, memerlukan ketepatan lemparan.

Permainan Mardanggur Goje adalah permainan tradisional khas Sumatera Utara yang menggunakan karet gelang sebagai alat utamanya.

Cara bermain Mardanggur Goje:
– Pemain membuat garis batas pelemparan.
– Dari garis tersebut, diukur jarak sekitar 3-4 meter sebagai tempat melempar karet gelang.
– Pemain meletakkan karet gelang di telapak tangan, lalu mengayunkan dan melemparnya sekuat mungkin melewati garis yang sudah ditentukan.
– Jika karet gelang tidak melewati garis, pemain dinyatakan gagal dan harus menunggu giliran berikutnya.
– Jika berhasil melempar dan karet gelang bertindih atau mengenai karet gelang lain yang sudah ada di tanah, maka karet gelang yang bertindih akan menjadi milik pemain tersebut.
– Pemenang adalah pemain yang paling banyak berhasil mengumpulkan karet gelang.

Baca Juga:  LSM Aksi Damai depan Polrestabes Medan : Beri Sanksi Tegas Oknum Penyidik

Permainan ini biasanya dimainkan oleh 5-6 orang dan melatih ketelitian, kesabaran, serta kekuatan tangan. Juga mengajarkan nilai-nilai kebersamaan dan kejujuran.

7. Ular Naga – Permainan barisan anak saling berpegangan pundak lalu berjalan melingkar melewati penjaga, sangat populer di era itu.

Permainan Ular Naga adalah permainan tradisional yang membutuhkan banyak pemain dan kekompakan. Cara bermainnya:

– Permainan dilakukan di tempat luas seperti lapangan atau halaman rumah.
– Dua orang pemain dipilih sebagai penjaga gerbang, biasanya yang paling tua atau terbesar.
– Penjaga gerbang berdiri berhadapan dan mengangkat kedua tangan saling bertemu membentuk terowongan atau gerbang.
– Pemain lain berbaris panjang menyerupai tubuh ular naga, saling memegang pundak atau pinggang teman di depan.
– Barisan ular naga berjalan melewati gerbang sambil menyanyikan lagu khas permainan ular naga.
– Saat lagu selesai, penjaga gerbang menurunkan tangan untuk menangkap pemain tepat di bawah gerbang.
– Pemain yang tertangkap memilih penjaga gerbang mana yang akan diikuti dan berbaris di belakangnya.
– Proses ini berulang sampai semua pemain tertangkap dan kemudian dibagi menjadi dua kelompok.
– Kedua kelompok saling berusaha menangkap pemain lawan dengan cara menggerakkan barisan ular naga agar ekor lawan tertangkap.
– Kemenangan ditentukan dari kelompok yang berhasil mempertahankan anggotanya paling banyak.

Permainan ini melatih kerja sama, empati, tanggung jawab, dan kekompakan antar pemain.

Permainan ini tidak hanya sebagai hiburan tapi juga melatih kerjasama, ketangkasan, dan kebersamaan dalam komunitas anak-anak Sumut di tahun 90-an.(*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *