Tajukrakyat.com,Medan– Untuk kali kedua, harimau yang ada di Medan Zoo ditemukan mati dalam kondisi mengenaskan.
Informasi menyebutkan, harimau yang mati itu berjenis kelamin betina.
Namanya Nurhaliza.
Usianya 9 tahun, dengan bobot 50 kg.
Menurut Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut) Rudianto Saragih Napitu, harimau tersebut mati pada Minggu (31/12/2023) sekira pukul 16.48 WIB.
Sebelumnya, atau berkisar dua bulan yang lalu pada 6 November 2023, seekor harimau berusia 11 tahun juga mati.
BBKSDA menilai, matinya satwa di Medan Zoo ini lantaran adanya masalah pada standar pengelolaan lembaga konservasi tersebut.
“Oleh karena itu BBKSDA, Sumut meminta kepada Direksi Perusahaan Daerah Pembangunan Kota Medan sebagai pengelola Medan Zoo untuk tetap melakukan langkah penyehatan satwa dan memperbaiki kondisi lingkungan Medan Zoo sehingga layak untuk dikunjungi,” kata Rudianto, Senin (8/1/2024) dalam keterangan tertulisnya.
Dari hasil pemeriksaan tim kesehatan BBKSDA, diketahui bahwa harimau betina itu sempat mengalami sakit sebelum mati.
“Hasil pemeriksaan adanya gangguan paru, nafas tersengal-sengal dan bersuara, lalu adanya peradangan dalam gambaran darah, (lalu ada) peningkatan BUN yang terkorelasi dengan hasil USG atau penebalan dinding pelvis renalis dan dinding vesika urinaria,” kata Rudianto.
Ia menerangkan, bahwa kondisi gigi harimau yang mati juga kurang baik.
“Kondisi gigi juga kurang baik yang ditandai dengan penumpukan karang gigi, jadi Diagnosa hasil medical check up saat itu pneumonia dan renal disease,” tambah Rudianto.
Rudianto juga mengatakan, sebelum mati, Nurhaliza terlihat lesu dan nafsu makannya menurun sebulan belakangan ini.
“Kemudian disertai nafas berat dan berbunyi, pergerakan lambat dan lemah, serta nafas sesak dan sering muntah setelah makan,” katanya.
Sisi lain, BBKSDA menyoroti pengelolaan Medan Zoo, yang selama ini dikelola Pemerintah Kota Medan.
Berdasarkan hasil pemantauan BBKSDA pada April 2023, tempat itu dinilai tidak memenuhi standar pengelolaan lembaga konservasi.
“Pengelolaan satwa belum memenuhi standar pengelolaan lembaga konservasi, terutama animal welfare, (lalu) fasilitas kandang dan tata kelola lingkungan, hal terlihat dari kandang satwa buas yang kurang baik seperti kandang yang sudah mulai rusak dan lembab mengakibatkan penurunan kesehatan satwa,” ujar Rudi.
Terkait hal itu pihaknya juga telah memanggil manajemen Medan Zoo pada November 2023. Tujuannya untuk menanyakan upaya yang dilakukan untuk memenuhi standar lembaga konservasi.
“Pada pertemuan tersebut disampaikan bahwa manajemen Medan Zoo mengalami beberapa kendala dan kesulitan dalam operasional Medan Zoo, sehingga hal-hal yang menjadi rekomendasi BBKSDA Sumut belum mengalami kemajuan yang berarti,” katanya.
Meskipun begitu, Rudi mengklaim BBKSDA tetap membantu penanganan satwa Medan Zoo mulai dari pengecekan rutin kesehatan satwa, membantu pakan satwa, hingga menurunkan tenaga perawat satwa sebanyak tiga orang sejak Desember 2023.
Rudi menerangkan, upaya penyelamatan satwa Medan Zoo menjadi prioritas saat ini, sehingga memerlukan dukungan dan perhatian dari berbagai pihak, terutama dari Pemko Medan.(**)