TajukRakyat.com,- Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ini tengah melakukan uji coba bensin campur minyak sawit (B40) untuk keperluan sektor non-industrial.
Uji coba tersebut berlangsung tahun ini.
Menurut Direktur Bioenergi Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Edi Wibowo, pihaknya akan melakukan uji terap pada sektor non-otomotif seperti pada alat kereta, kapal laut, hingga alat berat industri.
Uji terap itu setidaknya akan dilakukan pada tahun ini.
“Tahun ini kita rencana uji terap (B40) untuk non otomotif. Contohnya untuk KAI, maritim, dan juga alat berat industri. Kita lagi akan lakukan oleh tim dari LEMIGAS, dan juga nanti dilibatkan stakeholder terkait. Jadi uji terap itu dicek alat-alat tadi itu ada masalah atau nggak,” ungkapnya saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, dikutip Selasa (6/2/2024).
Edi menyebutkan, saat ini pihaknya masih melakukan proses administrasi sebelum bisa melakukan uji terap pada sektor non otomotif tersebut.
“Itu masih proses administrasi, rencana tahun ini secepatnya,” tambahnya.
Dia mengatakan, proses uji terap pada sektor non-otomotif membutuhkan waktu hingga 8 bulan.
Setelah itu, pihaknya akan mengevaluasi hasil dari uji terap tersebut, yang baru kemudian pemerintah mungkin akan memberikan insentif dan mengecek ketersediaan minyak sawit.
“Ya perlu 6-8 bulan lah, habis itu dievaluasi, kan berlakunya tergantung pada aspek teknis. Nanti kan dari evaluasi, misal pemerintah misal nanti apa insentif atau ketersediaan dengan CPO (Crude Palm Oil) apa nanti kan mesti dicek semuanya,” imbuhnya.
Edi juga mengatakan pihaknya sudah melakukan uji coba B40 pada kendaraan darat, dan diklaim tidak memiliki kendala apapun.
Dengan begitu, saat ini pihaknya masih fokus pada uji terap untuk sektor non-otomotif.
Nanti uji teknisnya dulu, kan yang di-road test sudah oke, nanti tinggal di non otomotif seperti apa, kalau sudah nanti baru ini (implementasi),” tandasnya.
Sebelumnya, pemerintah pada 2023 lalu mulai menjalankan program pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis biodiesel berbasis minyak sawit ke dalam minyak Solar sebesar 35% (B35).
Proyek ini diklaim bisa menjadi contoh bagi negara lain dalam pengembangan biodiesel.
Adapun, implementasi dari program B35 sejatinya sudah dilakukan sejak 1 Februari 2023.
Namun implementasinya secara penuh baru dilakukan pada 1 Agustus 2023.
“Pemanfaatan bahan bakar nabati ini berjalan per 1 Agustus besok B35 jalan secara nasional. Kita sudah jalan sebetulnya sejak 1 Februari tapi beberapa masih relaksasi per 1 Agustus ini start 100%,” ujar Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana tahun lalu.
Seperti diketahui, implementasi kebijakan B35 juga diharapkan dapat menghemat devisa sebesar US$ 10,75 miliar, meningkatkan nilai tambah hilir sawit sebesar Rp 16,76 triliun, dan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 34,9 juta ton CO2.
Hal itu juga dinilai kesuksesan Indonesia menjalankan program B30 yakni campuran antara 30% fatty acid methyl ester (FAME) dan 70% BBM jenis solar, pemerintah juga baru saja merilis program B35 pada 1 Februari 2023 dengan alokasi mencapai 13,15 juta Kilo Liter (KL).(**)