KontraS Mencatat Ada 46 Orang Tewas Dibunuh di Luar Proses Hukum

KontraS
KontraS

TajukRakyat.com,Jakarta– Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mencatat ada 46 orang tewas dibunuh di luar proses hukum (extra judicial killing) yang diduga dilakukan aparat.

Kasus tersebut terjadi sepanjang Desember 2022 hingga November 2023.

Wakil Koordinator Bidang Eksternal KontraS, Andi Muhammad Rezaldy mengatakan, mayoritas pembunuhan di luar proses hukum itu dilakukan oleh aparat kepolisian ketika berupaya melakukan penegakan hukum.

“Berdasarkan data pemantauan KontraS, terjadi setidaknya 31 peristiwa extrajudicial killing atau pembunuhan di luar hukum yang menelan 46 korban jiwa,” kata Andi dalam peluncuran “Catatan Hari HAM KontraS 2023″ di Kantor KontraS, Jakarta Pusat, Minggu (10/12).

Baca Juga:   Korban Tewas Meletusnya Gunung Marapi Bertambah Jadi 13 Orang

Mayoritas kasus extrajudicial killing yang terjadi akibat upaya penegakan hukum,” imbuhnya.

Dari 46 korban tewas, 4 diantaranya dibunuh akibat dianggap menimbulkan kericuhan, 2 dianggap sebagai kelompok separatis, 3 dituduh melakukan tindakan kriminal, 1 akibat keteledoran aparat dan 23 akibat penindakan pelaku kriminal.

Andi menjelaskan hal tersebut terjadi lantaran banyak anggota kepolisian yang mengabaikan prinsip persidangan yang adil (fair trial) terhadap para terduga pelaku tindak pidana.

“Praktik tersebut juga menunjukkan bahwa anggota Kepolisian seringkali menempatkan diri sebagai “algojo” bagi para terduga tindak pidana,” jelas dia.

Baca Juga:   Wow ! Ini Dia Tiga Orang Muslim Terkaya, Hartanya Tak Berseri

Lebih lanjut, Andi menyebut peristiwa extrajudicial killing juga terjadi kepada masyarakat yang sedang menyampaikan hak untuk berkumpul dan menyampaikan pendapat secara damai.

“Salah satunya penembakan kepada masyarakat adat desa Bangkal di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Pada peristiwa yang terjadi pada tanggal 7 Oktober,” ujar dia.

Andi menyebut masih banyak aparat pelaku extrajudicial killing tak tersentuh hukum atas perbuatannya. Padahal, kata dia, tindakan tersebut telah termasuk ke dalam ranah pidana dan bukan sekadar ranah etik.

Baca Juga:   Situasi di Myanmar Makin Mencekam, Pemberontak Pukul Mundur Pasukan Militer

“Oleh karena itu evaluasi secara menyeluruh khususnya berkaitan dengan penggunaan senjata api harus dilakukan dan diimplementasikan kepada aparat penegak hukum,” ujar dia.(cnn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *