TajukRakyat.com- Komunitas jadi pendukung moral terbesar dalam penyelenggaraan Synchronize Festival. Festival musik lintas genre terbesar di Indonesia ini bisa eksis sampai sekarang berkat dukungan para komunitas.
Demikian disampikan, Communication Director Synchronize Fest, Aldila Karina dalam workshop “Festival Musik Buat Apa Sih”, Minggu (15/1) di Floc Coffe & Eatery Jalan Dewa Ruci, Medan. ” Komunutaa jadi pendukung moral terbesar bagi Synchronize Fest. Karena kita berangkat dari kawan-kawan yang nongkrong dalam satu komunitas berlanjut dengan kita tahu, kita kenal lalu kita bikin apa?”, katanya.
Namun, sambung Aldila, jangan pernah berfikir kalau Synchronize bisa seperti sekarang ini tanpa melewati proses yang berdarah-darah. Di tahun pertama Synchronize berjalan tanpa sponsor dan hanya menyedot sekitar 5000 penonton saja.
Tapi, penonton yang datang di event perdana Synchronize kala itu memang menjadi agent of change. Pengalaman menonton Synchronize tersampaikan dengan baik dari mulut ke mulut dan memberi dampak ke penonton di tahun-tahun berikutnya. “Kalau di awal dulu tantangan terbesar bagaimana mendapatkan kepercayaan dari pihak pendana. Kalau sekarang tantangan terbesarnya bagaimana menjaga kepercayaan orang bahwa apa yang akan disajikan Synchronize bergaransi (bagus),” katanya.
Sementara, Founder Deliland Festival, David Simanjuntak menambahkan, terselenggaranya Deliland Festival bermula dari kawan-kawan di satu tongkrongan yang punya keinginan buat event musik lintas genre. Kemudian dieksekusi bersama dengan melibatkan berbagai komunitas dan sponsor.
Event perdana yang semuanya dikerjakan anak-anak muda Medan ini terbilang sukses. Karena mampu menghadirkan sekitar 8.800 penonton. Untuk Deliland Festival tahun ini, pihaknya akan melebarkan ke berbagai genre musik. “Deliland tahun ini kita melebarkan berbagai genre musik,” tukasnya.
Acara yang dipandu Arie Dagienkz ini juga menghadirkan pembicara lainnya seperti Iga Massardi (vokalis Barasuara) dan Kukuh Rizal, Director Of Sun Eater. (**)