Bapanas Imbau Masyarakat Tidak Panik Borong Beras

Salah seorang pedagang beras di Pasar Sehat Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang keluhkan sepi pembeli usai harga naik pada Jumat (29/9/2023)(KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah)
Salah seorang pedagang beras di Pasar Sehat Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang keluhkan sepi pembeli usai harga naik pada Jumat (29/9/2023)(KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah)

TajukRakyat.com,- Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengimbau masyarakat untuk tidak panik memborong beras secara berlebihan.

Hal itu disampaikan Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, merespon isu yang berkembang akhir-akhir ini.

Arief bilang, bahwa saat ini ketersediaan beras di Indonesia masih cukup.

“Jadi sebenarnya beras itu ada dan kami jamin cukup. Masyarakat tidak perlu panic buying karena memang pemerintah sudah mempersiapkan jauh jauh hari,” kata Arief di Jakarta, Sabtu (24/2/2024).

Arief menegaskan, bahwa stok beras di Indonesia sudah dipersiapkan dengan baik oleh pemerintah jauh-jauh hari, sehingga tidak perlu ada kekhawatiran akan kekurangan pasokan.

Dia menyebut per 19 Februari 2024, stok beras secara nasional yang dikelola oleh Bulog total ada 1,4 juta ton.

Penyerapan beras yang bersumber dari petani dalam negeri di tahun ini realisasinya telah menyentuh angka 107 ribu ton.

Baca Juga:   3 Wanita Asal Bogor Gagal Selundupkan 19 Kg Sabu di Bandara Kualanamu

Sementara itu untuk stok Cadangan Beras Pemerintah Daerah (CBPP) hingga minggu kedua Februari, total secara keseluruhan terdapat 7,5 ribu ton.

Arief menekankan bahwa pada Maret 2024 diproyeksikan akan terjadi panen beras sebanyak 3,5 juta ton.

Proyeksi ini diharapkan dapat memberikan tambahan pasokan beras yang cukup signifikan, serta membantu menekan harga beras di pasaran.

Namun demikian, Arief juga menilai pentingnya menjaga nilai tukar petani (NTP) agar tidak mengalami penurunan yang signifikan.

Dia menjelaskan bahwa harga beras dipengaruhi oleh harga gabah, di mana jika harga gabah naik, harga beras pun akan mengikuti.

“Misalnya rata-rata Rp 8.000 sampai Rp 8.500 memang harga berasnya akan Rp 16.000. Kenapa demikian? Memang ini terjadi di seluruh dunia, tidak hanya di Indonesia. Tapi percayalah pemerintah akan menyeimbangkan antara harga di hulu dengan harga di hilir,” terang Arief.

Baca Juga:   Jimly Asshiddiqie Bagikan Video Kerusuhan Pemilu 2019, Harap Tak Terjadi Lagi

Selain itu, dia juga mengungkapkan bahwa dalam delapan bulan terakhir, produksi beras di Indonesia mengalami defisit jika dibandingkan dengan konsumsi.

Terkait dengan indeks harga beras dunia, Arief menyebutkan ada kenaikan yang signifikan, mencapai 13 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Namun, pemerintah telah mengambil langkah-langkah yang tepat dengan melakukan importasi beras untuk memperkuat Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) dan melakukan stabilisasi harga di pasaran lewat penyaluran beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).

Selain itu bantuan pangan beras 10 kg yang menyasar 22 keluarga penerima manfaat serta Gerakan Pangan Murah (GPM) yang mendatangi langsung ke pemukiman penduduk atau tempat keramaian untuk menjual beras dengan harga yang dapat dijangkau masyarakat.

Dalam kerangka peningkatan produksi beras, Arief menyebutkan bahwa pemerintah telah bekerja sama dengan Kementerian Pertanian untuk meningkatkan luas panen padi.

Baca Juga:   Patogasirabona Kota Medan Doakan Badikenita Sitepu Jadi DPD RI Lagi

Menurut Arief dengan proyeksi luas panen yang semakin bertambah, diharapkan produksi beras dapat meningkat sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.

“Kami close coordination dengan Bapak Menteri Pertanian yang hari ini bersama jajarannya bekerja keras untuk melakukan tanam. Jadi panennya bisa 2,5 juta ton per bulan dan ini confirm memang harus dikerjakan. Kemarin sempat tertunda tanam karena ada climate change El Nino di akhir tahun,” kata Arief.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *